Ilmuwan Rilis Hasil Analisis Pertama Komet 67P Yang Dilakukan Philae
Permukaan Komet 67P |
AstroNesia ~ Peneliti Badan Antariksa Eropa (ESA) yakin robot Philae yang telah mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko bakal segera bangkit dari posisi tertidur.
Sebagaimana diketahui, robot yang dilepaskan dari pesawat pengorbit Rosetta itu kehabisan daya baterai utama. Alhasil Philae tidak bisa menjalankan misi pengambilan sampel.
"Kami sangat percaya pada beberapa tahapan, Philae akan bangun lagi dan kami dapat menjalin kontak," ujar Stephan Ulamec, Manajer Pendaratan Philae dilansir CSMonitor, Selasa 18 November 2014.
Setelah daya baterai utama habis, praktis Philae hanya mengandalkan daya baterai sekunder dari paparan sinar matahari yang mengenai panel surya pada tubuh robot itu.
Kesempatan mendapat pasokan daya dari sinar surya bakal terjadi saat komet mendekat dengan matahari. Sayangnya, diperkirakan Philae baru mendapatkan sinar matahari dalam beberapa bulan lagi.
Namun demikian, dalam analisis sebelum Philae tertidur, peneliti mengaku telah mendapatkan banyak data berharga seputar pengamatan awal permukaan komet. Direktur Ilmiah Pendaratan Badan Antariksa Jerman (DLR), Ekkehard Kührt, mengatakan tim senang dengan hasil data awal yang telah dikumpulkan.
"Ternyata sifat permukaan komet tampak sangat berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya," ujar Kührt. Tim yang bertanggung jawab atas instrumen Multi-Purpose Sensors for Surface and Sub-Surface Science (MUPUS) mengatakan permukaan komet lebih keras seperti es.
Peneliti Institute of Planetary Research DLR, Tilman Spohn mengatakan, instrumen tak maksimal bekerja dalam permukaan komet karena kerasnya permukaan tersebut. "Permukaan 67P/ Churyumov-Gerasimenko terbukti menjadi 'kacang yang sulit retak'," ujar Spohn.
Peneliti mengatakan, sayangnya dua instrumen yang diharapkan bisa menjelajahi permukaan komet justru tak sempat digunakan. Instrumen sensor panas dan akselerometer yang terletak di jangkar tak sempat digunakan, sebab diketahui tak mengembang saat pendaratan Philae.
Sifat permukaan komet yang di luar dugaan juga diperkuat dari analisis instrumen Surface Electrical, Seismic and Acoustic Monitoring Experiment (SESAME) yang mengonfirmasi komet tak lembut dan halus seperti yang diperkirakan.
"Kekuatan es ditemukan di bawah lapisan debu di lokasi pendaratan pertama adalah sangat tinggi," terang Klaus Seidensticker, peneliti Institute of Planetary Research DLR.
Sementara itu, dua instrumen lain menunjukkan, aktivitas komet di lokasi pendaratan dilaporkan rendah dan memang ada kehadiran sejumlah besar es air di bawah robot.
Tiga instrumen yang dirancang untuk mengambil sampel yaitu instrumen bor Sampling, Drilling and Distribution (SD2), instrumen untuk analisis organik kompleks (COSAC) dan instrumen untuk mendalami elemen geokomia seperti hidrogen, karbon, nitrogen, dan oksigen (PTOLEMY).
Saat ini, sambil menunggu Philae bangkit lagi, ilmuwan perlu menganalisis data untuk menentukan apakah sampel tanah benar-benar diperiksa dalam kromatografi gas.
Misi selanjutnya, ESA menargetkan lokasi pendaratan pertama yang dianggap memiliki pencahayaan matahari yang lebih baik.
"Sekarang (posisi pendaratan saat ini) kami agak dalam bayangan. Kami akan butuh lebih banyak waktu untuk mengisi daya," kata Ulamec.
Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.