Visi Penjelajahan Luar Angkasa Obama Vs Romney
Dalam debat pertama di televisi, Rabu 3 Oktober 2012 malam waktu setempat, dua calon Presiden Amerika Serikat, incumbent
Barack Obama dan lawannya Mitt Romney akan beradu pendapat soal
kebijakan dalam negeri, dan mungkin tentang visi mereka dalam program
angkasa luar.
Perbedaan Obama dan Romney mungkin jelas dalam arena tertentu, misalnya kebijakan pajak, dan seberapa besar pemerintah harus berperan. Tapi bagaimana visi mereka tentang masa depan penjelajahan ke luar bumi?
Romney mengaku, detil kebijakannya akan diputuskan nanti, setelah berkonsultasi dengan banyak ahli. "Akan mempertemukan semua stakeholder, dari NASA, Angkatan Udara, universitas ternama, dan perusahaan komersial, untuk menentukan tujuan, mengidentifikasi misi, dan menentukan jalan ke depan yang terarah, koheren, dan layak untuk rakyat AS," kata Romney dalam kebijakan tertulisnya yang dikeluarkan bulan lalu.
Romney dan pasangannya Paul Ryan, anggota Kongres Partai Republik dari Wisconsin, berjanji untuk memastikan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin dunia dalam eksplorasi ruang angkasa.
Namun, bagi dia, "kekuatan dan kesuksesan NASA tidak berarti perlu lebih banyak dana, tapi prioritas lebih jelas," tulis Romney.
Di masa lalu, Republiken ini memang tak terlalu antusias pada proyek-proyek eksplorasi luar angkasa yang kolosal dan mahal. Dalam debat Partai Republik Januari lalu, misalnya, ia berpendapat mendirikan pangkalan di Bulan pada tahun 2020 adalah kebijakan konyol.
"Saya tidak mencari koloni di bulan," kata Romney dalam debat tersebut. "Biayanya ratusan miliar dolar, jika tidak triliunan. Aku lebih suka membangun perumahan di Amerika Serikat," kata dia.
Visi Obama
Sementara, Obama lebih jelas. Ia sebelumnya telah mengarahkan Badan Antariksa AS (NASA) untuk mendaratkan manusia ke asteroid dekat Bumi pada tahun 2025, lalu mengirim astronot ke Mars pada pertengahan tahun 2030-an. Untuk mewujudkannya, NASA mengembangkan roket besar yang dinamakan Space Launch System (SLS) dan kapsul Orion, yang diharapkan akan mulai bisa mengangkut astronot pada tahun 2021.
Meski program Constellation, yang bertujuan menerbangkan kembali manusia ke Bulan -- program era George W Bush, dibatalkan karena terlampau boros, SLS dan Orion masih dipakai untuk perjalanan ke Bulan suatu saat nanti. Ini ditegaskan oleh Wakil Direktur NASA Lori Garver.
"Baru-baru ini kami menyampaikan pada Kongres bahwa SLS akan terbang jauh di atas orbit rendah Bumi untuk mengeksplorasi ruang luas di sistem Bumi-Bulan, asteroid dekat Bumi, Bulan, dan akhirnya Mars," kata Garver dalam konferensi American Institute of Aeronautics and Astronautics, di Pasadena, Kalifornia.
"Saya tegaskan sekali lagi: kita akan kembali ke Bulan, merealisasikan misi perdana pengiriman manusia ke asteroid, dan secara aktif mengembangkan rencana untuk membawa warga AS ke Mars."
Pemerintah Obama jua lah yang menganjurkan pada NASA untuk melepaskan proyek pengiriman kru dan kargo ke orbit rendah Bumi, salah satunya ke Stasiun Angkasa Internasional (ISS), dan menyerahkan fungsi itu ke perusahaan penerbangan luar angkasa swasta.
Transformasi itu sedang berlangsung, NASA menggelontorkan dana total US$1,4 miliar dalam dua tahun terakhir untuk perusahaan yang mengembangkan pesawat luar angkasa. Lembaga itu berharap, setidaknya ada dua pesawat luar angkasa swasta berbeda yang mampu mengangkut kru dan kargo bolak-balik ke ISS pada tahun 2017. Sebelum itu terwujud, pengangkutan ke ISS ditangani pesawat Soyuz milik Rusia.
Perbedaan Obama dan Romney mungkin jelas dalam arena tertentu, misalnya kebijakan pajak, dan seberapa besar pemerintah harus berperan. Tapi bagaimana visi mereka tentang masa depan penjelajahan ke luar bumi?
Romney mengaku, detil kebijakannya akan diputuskan nanti, setelah berkonsultasi dengan banyak ahli. "Akan mempertemukan semua stakeholder, dari NASA, Angkatan Udara, universitas ternama, dan perusahaan komersial, untuk menentukan tujuan, mengidentifikasi misi, dan menentukan jalan ke depan yang terarah, koheren, dan layak untuk rakyat AS," kata Romney dalam kebijakan tertulisnya yang dikeluarkan bulan lalu.
Romney dan pasangannya Paul Ryan, anggota Kongres Partai Republik dari Wisconsin, berjanji untuk memastikan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin dunia dalam eksplorasi ruang angkasa.
Namun, bagi dia, "kekuatan dan kesuksesan NASA tidak berarti perlu lebih banyak dana, tapi prioritas lebih jelas," tulis Romney.
Di masa lalu, Republiken ini memang tak terlalu antusias pada proyek-proyek eksplorasi luar angkasa yang kolosal dan mahal. Dalam debat Partai Republik Januari lalu, misalnya, ia berpendapat mendirikan pangkalan di Bulan pada tahun 2020 adalah kebijakan konyol.
"Saya tidak mencari koloni di bulan," kata Romney dalam debat tersebut. "Biayanya ratusan miliar dolar, jika tidak triliunan. Aku lebih suka membangun perumahan di Amerika Serikat," kata dia.
Visi Obama
Sementara, Obama lebih jelas. Ia sebelumnya telah mengarahkan Badan Antariksa AS (NASA) untuk mendaratkan manusia ke asteroid dekat Bumi pada tahun 2025, lalu mengirim astronot ke Mars pada pertengahan tahun 2030-an. Untuk mewujudkannya, NASA mengembangkan roket besar yang dinamakan Space Launch System (SLS) dan kapsul Orion, yang diharapkan akan mulai bisa mengangkut astronot pada tahun 2021.
Meski program Constellation, yang bertujuan menerbangkan kembali manusia ke Bulan -- program era George W Bush, dibatalkan karena terlampau boros, SLS dan Orion masih dipakai untuk perjalanan ke Bulan suatu saat nanti. Ini ditegaskan oleh Wakil Direktur NASA Lori Garver.
"Baru-baru ini kami menyampaikan pada Kongres bahwa SLS akan terbang jauh di atas orbit rendah Bumi untuk mengeksplorasi ruang luas di sistem Bumi-Bulan, asteroid dekat Bumi, Bulan, dan akhirnya Mars," kata Garver dalam konferensi American Institute of Aeronautics and Astronautics, di Pasadena, Kalifornia.
"Saya tegaskan sekali lagi: kita akan kembali ke Bulan, merealisasikan misi perdana pengiriman manusia ke asteroid, dan secara aktif mengembangkan rencana untuk membawa warga AS ke Mars."
Pemerintah Obama jua lah yang menganjurkan pada NASA untuk melepaskan proyek pengiriman kru dan kargo ke orbit rendah Bumi, salah satunya ke Stasiun Angkasa Internasional (ISS), dan menyerahkan fungsi itu ke perusahaan penerbangan luar angkasa swasta.
Transformasi itu sedang berlangsung, NASA menggelontorkan dana total US$1,4 miliar dalam dua tahun terakhir untuk perusahaan yang mengembangkan pesawat luar angkasa. Lembaga itu berharap, setidaknya ada dua pesawat luar angkasa swasta berbeda yang mampu mengangkut kru dan kargo bolak-balik ke ISS pada tahun 2017. Sebelum itu terwujud, pengangkutan ke ISS ditangani pesawat Soyuz milik Rusia.
Sumber: SPACE.com
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.