Setelah Sang Asteroid Penghancur Kian Mengabur
Astronesia-Asteroid Apophis telah melewati titik terdekatnya dengan Bumi pada
Rabu 9 Januari 2013 pukul 18:42 WIB kemarin dengan jarak 15 juta km dari
Bumi. Banyak yang penasaran dan mengira asteroid yang berjuluk Sang Penghancur
ini bakal benar-benar melintas demikian “dekat” (dalam perspektif
manusia) sehingga menjadi benda langit yang kasat mata tanpa perlu
dibantu alat-alat optik seperti binokuler dan teleskop.
Faktanya asteroid Apophis pada saat itu amat redup, dimana dengan
magnitudo semu +15 maka Apophis 2,5 kali lebih redup dibanding Pluto.
Demikian redupnya sehingga tidak sembarang teleskop dapat digunakan
untuk mengamatinya. Kita membutuhkan teleskop yang memiliki cermin/lensa
obyektif berdiameter minimal 65 cm dengan kemampuan daya pisah 0,18
detik busur guna guna menyaksikan Apophis saat itu.
Pasca 9 Januari 2013, asteroid Apophis kian menjauhi Bumi. Dan kita pun
kian sulit menyaksikan asteroid ini mengingat bintik cahaya yang sudah
sangat redup itu kian lama kian memudar seiring perjalanan waktu.
Apophis kini kembali mengarungi antariksa untuk menunaikan tugas
menyusuri orbit lonjongnya yang khas, yang butuh waktu 0,89 tahun untuk
menyelesaikan sekali putaran. Kelak pada 8 Juli 2013 pukul 14:36 WIB,
Apophis kembali akan mendekati Bumi namun kali ini berjarak cukup jauh,
yakni 36 juta km. Situasi tersebut juga terjadi saat siang hari kala
kita di Bumi menyaksikan Apophis berada di dekat Matahari sehingga
mustahil untuk mengamatinya.
Simulasi artis saat asteroid Apophis mendekati Bumi (latar belakang) pada Minggu 23 Maret 2036 kelak |
Sebagai bagian dari keluarga Aten, asteroid Apophis memang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkelana dalam lingkungan di
antara orbit Venus dan orbit Bumi. Ini menjadikan Apophis sangat sulit
untuk diamati karena kita di Bumi menyaksikan asteroid ini kerap
berjarak sudut (berelongasi) tak jauh terhadap Matahari. Inilah yang
membikin badan antariksa AS (NASA), Eropa (ESA) dan lembaga-lembaga
ilmiah lainnya serta observatorium-observatorium di Bumi demikian gemas
karena peluang untuk mengamati Apophis hanya ada dalam selang waktu yang
sangat sempit tiap beberapa tahun sekali. Padahal asteroid ini
menempati posisi sangat penting bagi peradaban manusia modern, meski ia
baru ditemukan pada pertengahan 2004 silam.
Kian mengaburnya cahaya Apophis seiring perjalanannya kian menjauhi Bumi
tak menyurutkan kehebohan yang sempat dipicunya. Asteroid Apophis
mendapatkan namanya, yang bermakna Sang Penghancur, karena ia (pernah)
diperhitungkan bakal jatuh menghantam Bumi pada 13 April 2029, untuk
kemudian diperbaharui kembali menjadi 23 Maret 2036. Diperhitungkan
tumbukan asteroid yang memiliki perkiraan massa 66,5 juta ton dengan
Bumi bakal melepaskan energi sebesar 1.225 megaton TNT. Untuk
membayangkan kedahsyatannya, mari kita lihat bagaimana kengerian ledakan
bom nuklir Little Boy di atas kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dalam
detik-detik akhir Perang Dunia II yang membunuh 60.000-80.000 jiwa
secara langsung akibat terjangan gelombang kejut dan gelombang panasnya.
Tumbukan Apophis bakal setara dengan 61.000 butir bom nuklir Hiroshima
yang diledakkan secara serempak, sehingga silahkan membayangkan sendiri
seberapa besar skala kerusakan dan korban yang bakal ditimbulkannya.
ESA turut mengipas bara kehebohan menjadi lebih besar setelah teleskop
antariksa kebanggaannya, yakni teleskop Herchel, mengungkapkan bahwa
asteroid Apophis ternyata berukuran lebih besar dibanding yang selama
ini diduga. Observasi berbasiskan spektrum cahayainframerah dan
gelombang pendek (dengan panjang gelombang 70.000 hingga 160.000
Angstrom) memperlihatkan Apophis ternyata berdiameter 325 meter, 20 %
lebih besar dari yang semula diketahui (yakni 270 meter). Konsekuensinya
massa Apophis pun 75 % lebih besar dibanding yang semula
diperhitungkan, yang berimplikasi pada peningkatan energi tumbukan
dengan Bumi sebesar 75 % andaikata asteroid ini benar-benar jatuh ke
Bumi pada 2036 kelak.
Namun kehebohan itu sedikit diredam setelah NASA menyampaikan hasil
perhitungan terbarunya terkait orbit Apophis dan potensi tumbukan
asteroid ini dengan Bumi. Dengan memanfaatkan hasil observasi sangat
teliti yang dilakukan Observatorium Magdalena Ridge (New Mexico, AS),
sistem pemantauan benda langit otomatis Pan-STARRS (Hawaii, AS) dan
teleskop radio Goldstone (California, AS), orbit Apophis yang lebih
teliti pun berhasil diperoleh dengan tingkat ketidakpastian statistik
yang lebih kecil. Hasilnya, pada Minggu 23 Maret 2036 kelak asteroid
Apophis ternyata bakal melintas sejauh 58 juta km dari Bumi sehingga
potensi terjadinya tumbukan dengan Bumi dapat dikesampingkan. Peluang
terjadinya tumbukan antara Apophis dengan Bumi selama periode 2036
hingga 2105 pun bisa disisihkan karena nilai probabilitas tumbukannya
hanyalah 7,4 dalam 1.000.000 alias terlalu kecil untuk bisa berpengaruh
bagi Bumi. Jika sebelumnya (tepatnya sejak 2004 hingga 2005) Apophis
dinyatakan berpotensi menubruk Bumi, itu semata hanyalah akibat
kekurangakuratan perhitungan yang disebabkan oleh terbatasnya data
observasi. Sebab prinsipnya, semakin banyak data yang diperoleh maka
semakin akurat hasil perhitungannya.
So, dengan kian mengaburnya asteroid Apophis, kabar bahwa Bumi telah
terlepas dari jaring petaka yang ditebar asteroid penghancur ini untuk
periode 2036 hingga 2105 mendatang tentu melegakan kita semua. Betapa
tidak, dengan tumbuhnya pengetahuan akan betapa berbahayanya jika
terjadi tumbukan antara benda asteroid/komet dengan Bumi (sebagai
pembanding, kumpulkan seluruh energi yang dilepaskan letusan gunung,
gempa Bumi dan pergeseran lempeng tektonik selama setahun, maka energi
akumulatif itu hanyalah 1 hingga 10 % saja bila dibandingkan energi
tumbukan komet/asteroid beridmater 5 km) dan bahwa kejadian tersebut
ternyata berlangsung lebih sering dibanding dugaan semula, pada saat ini
kita bisa dikatakan tak bisa berbuat apa-apa seiring keterbatasan
teknologi pengelak bahaya asteroid/komet yang masih cukup primitif.
Author : Ma'rufin Sudibyo
Follow kami : Astronesia_Blog
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.