Waktu di Luar Angkasa Bergerak "Halus"
Astronesia-Peneliti baru-baru ini mengungkap bahwa waktu di luar angkasa bergerak
secara "halus". Temuan ini sekaligus mendukung beberapa teori quantum
yang dicetuskan Albert Einstein
Dilansir MSN, Jumat (11/1/2013), teori relativitas umum diprakarsai Einstein. Ia mendeskripsikan waktu luar angkasa sebagai sesuatu hal mendasar yang "halus", yang melibatkan tekanan energi dan materi.
Tim peneliti telah mencapai dalam sebuah kesimpulan setelah menelusuri terkait perjalanan jauh pada tiga photons yang melewati intergalaksi luar angkasa. Foton meledak oleh ledakan kuat yang dikenal sebagai ledakan sinar gamma sekira 7 milliar tahun cahaya dari Bumi.
Mereka akhirnya melaju ke detektor dari Fermi Gamma-ray Space Telescope milik badan antariksa NASA di Mei 2009. Panjang gelombang sinar gamma menyemburkan photon yang kecil dan memungkinkan baginya untuk berinteraksi dengan "gelembung" tipis.
Jika "gelembung" tipis ini memang ada, tiga protons seharusnya dapat terlempar selama perjalanan epik mereka. "Jika sinar gamma masa depan mengonfirmasi temuan ini, kami akan dapat belajar sesuatu yang sangat fundamen tentang alam semesta," kata Bradley Schaefer dari Louisiana State University.
Dilansir MSN, Jumat (11/1/2013), teori relativitas umum diprakarsai Einstein. Ia mendeskripsikan waktu luar angkasa sebagai sesuatu hal mendasar yang "halus", yang melibatkan tekanan energi dan materi.
Tim peneliti telah mencapai dalam sebuah kesimpulan setelah menelusuri terkait perjalanan jauh pada tiga photons yang melewati intergalaksi luar angkasa. Foton meledak oleh ledakan kuat yang dikenal sebagai ledakan sinar gamma sekira 7 milliar tahun cahaya dari Bumi.
Mereka akhirnya melaju ke detektor dari Fermi Gamma-ray Space Telescope milik badan antariksa NASA di Mei 2009. Panjang gelombang sinar gamma menyemburkan photon yang kecil dan memungkinkan baginya untuk berinteraksi dengan "gelembung" tipis.
Jika "gelembung" tipis ini memang ada, tiga protons seharusnya dapat terlempar selama perjalanan epik mereka. "Jika sinar gamma masa depan mengonfirmasi temuan ini, kami akan dapat belajar sesuatu yang sangat fundamen tentang alam semesta," kata Bradley Schaefer dari Louisiana State University.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.