Ledakan Vulkanik Dahsyat Guncang Merkurius Selama Miliaran Tahun

http://astronesia.blogspot.com/
Permukaan planet Merkurius

AstroNesia ~ Letusan gunung berapi dahsyat ternyata membentuk permukaan Merkurius selama miliaran tahun - temuan yang mengejutkan, mengingat bahwa sampai saat ini para ilmuwan berpikir bahwa fenomena tersebut tidak mungkin terjadi pada sebuah planet yang permukaannya di bakar langsung oleh Matahari.

Penemuan ini bisa memberikan penerangan baru tentang asal-usul planet Merkurius.
 
Di Bumi, letusan gunung berapi dahsyat dapat menyebabkan
bencana besar. Seperti saat Gunung
St Helens meledak pada tahun 1980 yang menghancurkan perekonomian dalam sejarah AS.

Letusan vulkanik terjadi karena interior bumi kaya akan material yang mudah menguap seperti air,karbon dioksida dan senyawa lain yang menguap pada suhu yang relatif rendah. Ketika batuan cair naik dari kedalaman ke permukaan bumi, material yang mudah menguap itu terlarut di dalamnya, menguap dan memperluas, meningkatkan tekanan sehingga kerak di atas dapat meledak seperti balon yang di tiup.

Merkurius telah lama dianggap kering terhadap material yang mudah menguap.Dengan demikian, para peneliti berpikir ledakan vulkanik tidak bisa terjadi di sana.

http://astronesia.blogspot.com/
Dua ventilasi awan panas di permukaan Merkurius
 
Namun, pada tahun 2008, setelah pendekatan awal wahana NASA MESSENGER pada Merkurius,
peneliti menemukan material reflektif yang sangat terang menghiasi permukaan planet ini.

Material itu diperkirakan  abu awan panas, yang merupakan tanda dari ledakan vulkanik. Banyaknya material ini menunjukkan bahwa interior Merkurius tidak selalu tanpa material volatil (material yang mudah menguap),seperti yang ilmuwan duga sebelumnya.

Dugaan baru ilmuwan adalah ledakan vulkanik tampaknya berlangsung selama miliaran tahun di Merkurius.

Peneliti menganalisis 51 situs awan panas di permukaan Merkurius menggunakan data dari MESSENGER yang dikumpulkan setelah pesawat ruang angkasa ini mulai mengorbit sejak tahun 2011. Pembacaan data orbital ini memberikan pandangan yang jauh lebih rinci dari material dan ventilasi yang memuntahkan mereka keluar dibandingkan dengan data pendekatan awal.

Data orbital mengungkapkan bahwa beberapa ventilasi itu jauh lebih terkikis daripada yang lain. Ini mengungkapkan ledakan tidak semua terjadi pada waktu yang sama.  

Jika ledakan itu terjadi selama periode singkat dan kemudian berhenti, "Anda akan menemukan semua ventilasi terurai dalam jumlah yang sama",kata penulis utama studi ini,Timothy Goudge, seorang ilmuwan planet di Brown University, mengatakan dalam sebuah pernyataan. "Kami tidak melihat hal itu,ledakan vulkanik di Merkurius terjadi dalam periode yang besar di sepanjang sejarah planet ini", tambahnya.

Para peneliti mencatat bahwa sekitar 90 persen dari deposito abu ini terletak di dalam kawah yang dibentuk oleh dampak meteorit. Abu tersebut berkumpul di dalam kawah setelah kawah terbentuk,jika abu itu tersebut terletak di situ sebelum kawah terbentuk,itu akan telah dihancurkan oleh dampak yang membentuk kawah.

Para ilmuwan dapat memperkirakan umur sebuah kawah dengan melihat bagaimana dinding dan tepi kawah terkikis. Menggunakan metode tersebut, Goudge dan koleganya menemukan bahwa beberapa endapan awan panas ditemukan di kawah itu berusia mulai antara 1 miliar tahun dan lebih dari 4 miliar tahun. Jadi dengan data itu,ledakan vulkanik di Merkurius tidak berlangsung singkat. Merkurius diperkirakan terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

"Penemuan yang paling mengejutkan adalah rentang usia di mana deposito tersebut tampaknya telah terbentuk, karena hal ini benar-benar memiliki implikasi tentang berapa lama material yang mudah menguap berada di interior Merkurius",kata Goudge.

Model sebelumnya tentang bagaimana Merkurius terbentuk menyarankan material volatil tidak akan selamat dari proses pembentukan planet. Skenario ini sekarang tampaknya tidak bertahan karena data lain yang dikumpulkan oleh MESSENGER menunjukkan jejak volatil sulfur, kalium, dan natrium pada permukaan Merkurius.

Laporan studi ini diterbitkan secara rinci di Journal of Geophysical Research: Planets.

Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi

Blog ini adalah sajian berita Sains dan Teknologi yang kami kutip dari berbagai Sumber, jika anda menyukai dan mau dapatkan Update berita terbaru, harap ikuti blog ini dengan memasukan Email anda atau mengikuti Twitter/Facebook, dengan begitu anda secara otomatis akan mendapatkan Update Berita terbaru disini.


Share This Article Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Recommendation News close button
Back to top

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.

Thanks For Your Comment Here
Powered by Blogger.