Rotasi Lambat Dari Bintang Tua Adalah Kunci Dalam Mencari Kehidupan Alien

Ini adalah matahari kita. Berputar pada porosnya sekali dalam 26 hari. Menurut penelitian baru ini, dua miliar tahun yang lalu, matahari kita berputar lebih cepat dalam waktu sekitar 18 hari.

AstroNesia ~ Jika Anda ingin mencari peradaban alien di luar tata surya kita, sebaiknya anda mencarinya pada bintang setidaknya memiliki usia setua matahari kita. Itu karena kehidupan seperti yang kita tahu di Bumi telah terbentuk pada waktu yang lama untuk mencapai tingkat kerumitan yang seperti kita lihat hari ini. Itu sebabnya astronom ingin memiliki jam bintang yang akurat yang mereka bisa buat. Mereka ingin mengidentifikasi exoplanet pada bintang yang memiliki usia setua matahari atau lebih tua

Para astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CFA) mengatakan mereka sekarang telah mengambil langkah maju yang signifikan dalam membangun jam itu. Para peneliti CFA mempresentasikan hasil studi mereka pada pertemuan 225th meeting of the American Astronomical Society di Seattle, Washington.

"Tujuan kami adalah untuk membangun sebuah jam yang dapat mengukur usia bintang yang akurat dan tepat dari putaran mereka", kata Soren Meibom dari CFA.

Tingkat putaran Bintang tergantung pada usia mereka, seperti berputar di atas meja, bintang melambat seiring waktu. Putaran bintang juga tergantung pada massa; astronom telah menemukan bahwa semakin besar massa dan berat bintang, ia cenderung berputar lebih cepat dibanding bintang yang lebih kecil dan lebih ringan.  

Pekerjaan baru yang dilakukan oleh astronom CFA menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara massa, putaran dan usia bintang sehingga dengan mengukur dua hal yang pertama, para ilmuwan dapat menghitung ketiganya.

"Kami telah menemukan bahwa hubungan antara massa, tingkat rotasi, dan usia bintang sekarang didefinisikan cukup baik oleh pengamatan yang kemudian kita bisa peroleh usia individu bintang", kata Sydney Barnes dari Leibniz Institute for Astrophysics di Jerman, yang merupakan rekan penulis studi tersebut.

Barnes pertama kali mengajukan metode ini pada tahun 2003 dan menyebutnya sebagai gyrochronology, berasal dari kata Yunani gyros (rotasi), chronos (waktu / umur), dan logos (studi).

Untuk mengukur putaran bintang, astronom mencari perubahan kecerahan yang disebabkan oleh bintik-bintik gelap di permukaannya - setara bintik matahari. Bahkan melalui teleskop, bintang-bintang jauh muncul sebagai titik-titik cahaya, yang berarti bahwa para astronom tidak dapat secara langsung melihat bintik tersebut. Sebaliknya, mereka melihat bintang sedikit redup ketika bintik ini muncul dan cerah kembali lagi ketika bintik itu berputar keluar dari pandangan.

Perubahan ini sangat sulit diukur karena sebuah bintang biasa akan meredup lebih kurang dari 1 persen dan memerlukan waktu berhari-hari untuk menyeberang wajah bintang. Tim mencapai pengukuran ini menggunakan data dari wahana NASA Kepler yang menyediakan pengukuran yang tepat dan terus menerus dari kecerahan bintang.

Untuk menetukan usia akurat dan tepat dari sebuah bintang, astronom harus mengkalibrasi jam baru mereka dengan mengukur periode perputaran bintang dengan usia dan massa yang sudah diketahui. Meibom dan rekan-rekannya sebelumnya juga mempelajari sekelompok bintang miliar tahun. Studi baru ini menguji bintang di cluster yang memiliki usia 2,5 miliar tahun yang dikenal sebagai NGC 6819, sehingga secara signifikan memperluas rentang usia.

"Bintang yang lebih tua memiliki bintik yang lebih sedikit dan lebih kecil, sehingga periode rotasinya sulit untuk dideteksi",
kata Meibom.

Tim meneliti bintang yang memiliki berat 80-140 persen lebih berat dari matahari kita. Mereka mampu mengukur putaran 30 bintang dengan periode berkisar antara 4 sampai 23 hari, dibandingkan dengan periode matahari kita yang berputar 26 hari. 

Delapan bintang di NGC 6819 yang paling mirip dengan matahari kita memiliki periode rotasi rata-rata 18,2 hari, yang menunjukkan bahwa periode matahari juga seperti itu ketika itu berusia 2,5 miliar tahun (sekitar 2 miliar tahun yang lalu).

Tim kemudian menguji beberapa model komputer yang ada  untuk menghitung tingkat rotasi bintang berdasarkan massa dan usia mereka, dan menentukan model mana yang cocok dengan pengamatan mereka.

Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi

Blog ini adalah sajian berita Sains dan Teknologi yang kami kutip dari berbagai Sumber, jika anda menyukai dan mau dapatkan Update berita terbaru, harap ikuti blog ini dengan memasukan Email anda atau mengikuti Twitter/Facebook, dengan begitu anda secara otomatis akan mendapatkan Update Berita terbaru disini.


Share This Article Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Recommendation News close button
Back to top

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.

Thanks For Your Comment Here
Powered by Blogger.