Astronesia-Lidah api matahari meletus pada Selasa (7/6)
pagi. Uniknya, letusan tidak menyebabkan lidah api ke angkasa, melainkan
kembali ke matahari, menciptakan hujan berbentuk mahkota.
Peneliti surya asal NASA Jack Ireland mengaku belum pernah melihat
kejadian seperti ini. Letusan terbilang berukuran sedang, tetapi plasma
yang mengandung magnet yang dilontarkan lidah api--disebut filamen--bisa
berukuran 10 kali Bumi. Kejadian letusan itu terjadi dalam jangka waktu
beberapa jam.
Filamen yang besar biasanya terlepas dari medan
magnet matahari dan melewat ke luar angkasa. Demikian penjelasan dari
ilmuwan NASA Alex Young. Hanya saja pada kejadian kali ini, filamen
kembali ke matahari. "Kemungkinan tidak punya energi yang cukup,"
katanya.
Hujan plasma tidak jatuh tegak lurus ke matahari, tetapi
mengikuti garis medan magnet yang tidak tampak. Beberapa material
tertarik ke titik terang aktivitas magnetik, yang disebut area aktif.
"Medan manget dari area aktif itu menarik plasma. Sesuatu yang belum
pernah saya lihat sebelumnya," kata Young.
Kejadian itu terekam
oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA. Kejadian tersebut sendiri
tidak akan berefek pada Bumi. "Tak perlu khawatir. Nikmati saja
keindahannya," kata Young.
Blog ini adalah sajian berita Sains dan Teknologi yang kami kutip dari berbagai Sumber, jika anda menyukai dan mau dapatkan Update berita terbaru, harap ikuti blog ini dengan memasukan Email anda atau mengikuti Twitter/Facebook, dengan begitu anda secara otomatis akan mendapatkan Update Berita terbaru disini.
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.