Misi Kepler Temukan Sistem Planet Mengorbit Bintang Biner
Misi Kepler Badan
Antariksa Amerika Serikat NASA menemukan sistem multi-planet pertama
yang mengorbit satu bintang biner, demikian studi yang dimuat di jurnal Science, Jumat.
Terletak kira-kira 5.000 tahun cahaya di konstelasi Cygnus, sistem planet itu, disebut Kepler-47, terdiri dari sepasang bintang yang saling berputar satu dengan yang lain setiap 7,5 hari.
Bintang utama itu mempunyai massa yang hampir sama dengan massa matahari, sementara bintang yang satunya adalah bintang kerdil M yang besarnya sepertiga kali bintang utama tersebut.
Planet dalam di sistem itu tiga kali lebih besar dari ukuran Bumi dan mengorbit bintang biner itu dalam periode 49,5 hari sehingga membuat planet itu sebagai planet transit circumbinary terkecil yang diketahui.
Sementara itu, planet luar di sistem tersebut mempunyai ukuran 4,6 kali lebih besar dari Bumi dengan periode orbit 303,2 hari, sehingga bisa disebut planet dengan periode transit terlama.
Planet luar itu merupakan planet pertama yang ditemukan mengorbit bintang biner dalam "zona yang bisa ditinggali," suatu keadaan di mana air bisa tetap dalam bentuk cair sehingga menjadi tempat tinggal bagi bentuk kehidupan.
Namun, ukuran planet yang hampir sama besarnya dengan Uranus tersebut berarti bahwa planet itu adalah planet es yang besar, dan oleh sebab itu tidak bisa ditinggali.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa sistem-sistem planet dapat terbentuk dan bertahan bahkan dalam lingkungan yang kacau di sekeliling bintang biner dan planet-planet itu bisa berada di zona yang bisa ditinggali dari bintang-bintang mereka.
Diluncurkan pada Maret 2009, wahana antariksa untuk penelitian Kepler didesain untuk menemukan planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang-bintang. Keppler mencari dunia yang berada di kejauhan dengan mencari apa yang disebut `transit`, suatu kondisi saat satu planet melintasi satu bintang sehingga menyebabkan bintang tersebut meredup.
Redupnya bintang tersebut diukur sehingga menunjukkan ukuran planet itu dibandingkan dengan ukuran bintang yang dilintasinya.
Terletak kira-kira 5.000 tahun cahaya di konstelasi Cygnus, sistem planet itu, disebut Kepler-47, terdiri dari sepasang bintang yang saling berputar satu dengan yang lain setiap 7,5 hari.
Bintang utama itu mempunyai massa yang hampir sama dengan massa matahari, sementara bintang yang satunya adalah bintang kerdil M yang besarnya sepertiga kali bintang utama tersebut.
Planet dalam di sistem itu tiga kali lebih besar dari ukuran Bumi dan mengorbit bintang biner itu dalam periode 49,5 hari sehingga membuat planet itu sebagai planet transit circumbinary terkecil yang diketahui.
Sementara itu, planet luar di sistem tersebut mempunyai ukuran 4,6 kali lebih besar dari Bumi dengan periode orbit 303,2 hari, sehingga bisa disebut planet dengan periode transit terlama.
Planet luar itu merupakan planet pertama yang ditemukan mengorbit bintang biner dalam "zona yang bisa ditinggali," suatu keadaan di mana air bisa tetap dalam bentuk cair sehingga menjadi tempat tinggal bagi bentuk kehidupan.
Namun, ukuran planet yang hampir sama besarnya dengan Uranus tersebut berarti bahwa planet itu adalah planet es yang besar, dan oleh sebab itu tidak bisa ditinggali.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa sistem-sistem planet dapat terbentuk dan bertahan bahkan dalam lingkungan yang kacau di sekeliling bintang biner dan planet-planet itu bisa berada di zona yang bisa ditinggali dari bintang-bintang mereka.
Diluncurkan pada Maret 2009, wahana antariksa untuk penelitian Kepler didesain untuk menemukan planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang-bintang. Keppler mencari dunia yang berada di kejauhan dengan mencari apa yang disebut `transit`, suatu kondisi saat satu planet melintasi satu bintang sehingga menyebabkan bintang tersebut meredup.
Redupnya bintang tersebut diukur sehingga menunjukkan ukuran planet itu dibandingkan dengan ukuran bintang yang dilintasinya.
Sumber: Daily science
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.