Ilmuwan : Alam Semesta Masih Terlalu Muda Untuk Membuat Katai Hitam
Ilustrasi Bintang Katai Hitam |
AstroNesia ~ Para astronom mengatakan bahwa benda-benda kosmik hipotesis yang disebut bintang katai hitam memang dapat berkembang di ruang angkasa, tetapi mereka menambahkan bahwa alam semesta mungkin masih terlalu muda untuk membentuk objek seperti itu,usia alam semesta hampir mendekati 14 miliar tahun.
Bahkan jika hal itu ada, saat ini belum ada cara bagi kita untuk mendeteksi struktur tersebut karena kita tidak tahu apakah objek ini memancarkan cahaya atau panas dan akan hampir mustahil untuk mendeteksinya dengan menggunakan teleskop.Kerdil hitam diyakini sebagai tahap terakhir dalam evolusi bintang yang memiliki massa cukup untuk menghasilkan peristiwa supernova.
Baca juga : Galeri Ledakan Supernova
Proses kematian antara bintang sangat bervariasi dan liar.Untuk obyek yang berukuran delapan kali massa Matahari atau lebih berat,mungkin akan membentuk ledakan nova atau supernova.Ledakan ini begitu kuat dan mereka secara singkat dapat lebih cemerlang dari seluruh galaksi di langit malam, dan mengarah pada pembentukan bintang neutron dan lubang hitam.
Sedangkan mekanisme yang terjadi pada ledakan ini relatif sudah dipahami dengan baik, masalah yang lebih kompleks muncul ketika mencoba untuk memahami apa yang terjadi pada bintang seperti Matahari, atau bintang yang lebih kecil, ketika mereka mati. Kebanyakan astronom setuju bahwa benda-benda ini akan berubah menjadi katai putih.
Kelas bintang kerdil (Dwarf) ini pada dasarnya adalah sisa dari bintang yang lebih besar (atau bintang deret utama) yang telah mencapai akhir dari siklus pembakaran mereka.Itu terjadi karena lapisan luar atmosfer bintang terlontar ke ruang angkasa, karena fakta bahwa fusi nuklir hidrogen tidak lagi terjadi di inti bintang.
Matahari kita akan mati dengan cara yang sama. Ketika ia melepaskan atmosfer (fase raksasa merah), ia akan menelan tata surya bagian dalam, termasuk Merkurius, Venus dan Bumi, bahkan Mars juga berpotensi.Kemudian sisa-sisa atmosfer Matahari itu akan membentuk nebula yang indah.
Baca juga : Seperti inilah akhir kehidupan Matahari
Inti yang tertinggal disebut white dwarf (kerdil putih), dan membakar helium bukan hidrogen. Untuk bintang seukuran Matahari, fase kerdil putih diperkirakan akan berlangsung sekitar 3 atau 4 miliar tahun setelah dia berakhir dari bintang deret utama yang memiliki usia sekitar 10 miliar tahun.
Pertanyaannya adalah apa yang terjadi pada bintang kerdil putih setelah mereka menguras pasokan helium mereka. Para astronom mengatakan bahwa langkah selanjutnya adalah pembentukan lubang hitam, sebuah benda yang tidak lagi memancarkan panas atau cahaya. Seperti benda-benda kosmik lain dengan sifat yang sama, katai hitam akan hampir mustahil untuk di deteksi.
Namun, para ahli mengatakan, struktur ini akan mempertahankan massa mereka, yang berarti bahwa instrumen yang mampu mengukur efek medan gravitasi mereka masih dapat mendeteksi mereka.
Tapi ini tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Para ahli mengatakan bahwa alam semesta masih terlalu muda untuk membentuk bintang kerdil hitam pertamanya.Ketika alam semesta berumur kurang dari satu miliar tahun, semua bintang akan sangat besar atau supermasif,karena jumlah hidrogen yang tersedia masih sangat berlimpah.
Wikipedia menerangkan bahwa Sebuah katai hitam adalah bangkai bintang hipotesis yang terbentuk ketika sebuah katai putih menjadi cukup dingin untuk tidak lagi mengeluarkan panas atau cahaya. Sejak waktu yang dibutuhkan untuk katai hitam mencapai keadaan ini jika dihitung lebih lama daripada usia alam semesta yaitu 13,7 milyar tahun, tidak ada katai hitam yang diperkirakan tercipta di alam semesta ini, dan suhu katai putih terendah menjadi batas observasi mengenai usia alam semesta.
Dan mungkin,bintang katai putih pertama yang terbentuk di alam semesta ini masih memiliki usia sekitar 1 sampai 4 miliar tahun lagi untuk menjadi katai hitam.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.