Meteorit "Indah" Ini Lahir dari Tubrukan Luar Angkasa


detail berita
Meteorit "Batu Permata Luar Angkasa"
Astronesia-Sebuah meteorit yang mendarat di bumi, mengandung kristal berwarna hijau zaitun dan tertanam dalam material besi-nikel. Disebut "batu permata luar angkasa", meteor langka ini pertama kali di identifikasi berasal dari luar angkasa dan berusia lebih dari 200 tahun lalu.

Dilansir Spacedaily, Senin (19/11/2012), dalam studi terbaru yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Science, ilmuwan menunjukkan bahwa meteorit "cantik" ini jauh lebih dramatis ketimbang perkiraan sebelumnya.

Menggunakan laser karbon dioksida, medan magnet dan alat perekam canggih, tim geofisika yang dipimpin John Tarduno di University of Rochester menemukan bahwa meteorit itu kemungkinan besar terbentuk ketika asteroid kecil menabrak benda angkasa yang menyerupai planet.

Benda angkasa ini diketahui 30 kali lipat lebih kecil ketimbang bumi. Tubrukan benda angkasa ini sehingga mampu menghasilkan campuran bahan yang membentuk meteorit khas.

"Temuan oleh John Tarduno dan timnnya mengubah model formasi asli pallasite (meteor atau batu permata luar angkasa). Analisis mereka tentang pallasite ini membantu mendefinisikan kembali pemahaman kita tentang bagaimana benda-benda terbentuk selama sejarah awal tata surya kita," ujar Joshua Feinberg, asisten profesor ilmu bumi di University of Minnesota.

Pallasites terbuat dari besi-nikel dan menyerupai batu permata mineral. Banyak ilmuwan menganggap meteor ini terbentuk dari dua material yang datang bersama dalam batas inti besi serta mantel berbatu dalam asteroid atau tubuh planet.

Tarduni menemukan bahwa biji logam kecil dalam benda luar angkasa tersebut bermagnet dalam arah yang sama. Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa pallasites telah terbentuk lebih jauh dari inti.

"Kami pikir besi-bikel di pallasites berasal dari tabrakan dengan sebuah asteroid. Besi cair dari inti asteroid kecil masuk ke dalam mantel tubuh yang lebih besar, menciptakan tekstur yang kita lihat pada pallasites," jelas peneliti Francis Nimmo dari University of California Santa Cruz.

Sumber: Okezone.com

Blog ini adalah sajian berita Sains dan Teknologi yang kami kutip dari berbagai Sumber, jika anda menyukai dan mau dapatkan Update berita terbaru, harap ikuti blog ini dengan memasukan Email anda atau mengikuti Twitter/Facebook, dengan begitu anda secara otomatis akan mendapatkan Update Berita terbaru disini.


Share This Article Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Recommendation News close button
Back to top

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.

Thanks For Your Comment Here
Powered by Blogger.