NASA Amati Badai Debu di Mars
Badai Debu Di Mars |
Astronesia- National Aeronautics and Space
Administration (NASA) menggunakan pesawat luar angkasa Mars
Reconnaissance Orbiter (MRO) untuk mengamati badai debu di Mars. Badai
debu yang telah diamati sejak pekan lalu ini menghasilkan perubahan
atmosfer di planet merah tersebut.
Dilansir Marstoday, Senin (26/11/2012), menggunakan pengorbit Mars Color Imager, Bruce Cantor dari Malin Space Science Systems, San Diego, mulai mengobservasi badai pada 10 November 2012. Setelah diobservasi, kemudian hasil pengamatan dilaporkan pada tim operasi Mars Exploration Rover Opportunity NASA.
Badai debu tersebut berjarak sekira 837 mil (1.347 kilometer) dari Opportunity. "Ini sekarang menjadi badai debu di kawasan Mars. Badai ini telah meliputi wilayah yang cukup luas dengan kabut debu," tutur Rich Zurek, Chief Mars Scientist di NASA Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California.
Ia mengatakan, sejak pertama kali misi Viking di 1970an, badan antariksa asal Amerika Serikat ini telah mempelajari badai debu di kawasan Mars. Penelitian ini dilakukan melalui pantauan pesawat luara angkasa (orbit) dan juga stasiun cuaca di permukaan.
NASA juga menggunakan robot jelajah Mars, Curiosity, untuk mendeteksi perubahan udara yang berkaitan dengan badai debu tersebut. Sensor pada Rover Environmental Monitoring Station (REMS), yang dikembangkan untuk Curiosity oleh Spanyol, telah mengukur penurunan tekanan udara serta perubahan temperatur di Mars.
Badai debu di salah satu kawasan mars ini meluas di 2001 dan 2007. "Satu hal yang ingin kita pelajari ialah mengapa beberapa badai debu mars bisa sampai meluas seperti saat ini dan (kemudian) berhenti tumbuh. Sementara, (badai debu di area mars lainnya) bisa terus berkembang dan berdampak global," jelasnya.
Dilansir Marstoday, Senin (26/11/2012), menggunakan pengorbit Mars Color Imager, Bruce Cantor dari Malin Space Science Systems, San Diego, mulai mengobservasi badai pada 10 November 2012. Setelah diobservasi, kemudian hasil pengamatan dilaporkan pada tim operasi Mars Exploration Rover Opportunity NASA.
Badai debu tersebut berjarak sekira 837 mil (1.347 kilometer) dari Opportunity. "Ini sekarang menjadi badai debu di kawasan Mars. Badai ini telah meliputi wilayah yang cukup luas dengan kabut debu," tutur Rich Zurek, Chief Mars Scientist di NASA Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California.
Ia mengatakan, sejak pertama kali misi Viking di 1970an, badan antariksa asal Amerika Serikat ini telah mempelajari badai debu di kawasan Mars. Penelitian ini dilakukan melalui pantauan pesawat luara angkasa (orbit) dan juga stasiun cuaca di permukaan.
NASA juga menggunakan robot jelajah Mars, Curiosity, untuk mendeteksi perubahan udara yang berkaitan dengan badai debu tersebut. Sensor pada Rover Environmental Monitoring Station (REMS), yang dikembangkan untuk Curiosity oleh Spanyol, telah mengukur penurunan tekanan udara serta perubahan temperatur di Mars.
Badai debu di salah satu kawasan mars ini meluas di 2001 dan 2007. "Satu hal yang ingin kita pelajari ialah mengapa beberapa badai debu mars bisa sampai meluas seperti saat ini dan (kemudian) berhenti tumbuh. Sementara, (badai debu di area mars lainnya) bisa terus berkembang dan berdampak global," jelasnya.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.