Planet Terjauh dari Bintangnya Berpotensi "Layak Huni"
Ilustrasi |
Astronesia-Peneliti dari Pennsylvania State University (USA) meneliti tentang zona
layak huni (habitable zone) di luar angkasa untuk planet bertipe Bumi.
Menggunakan penelitian yang berkaitan dengan molekul air dan
karbondioksida, peneliti menyimpulkan bahwa planet masih tetap dapat
berpotensi "layak huni" ketika ia jauh dari matahari.
Dilansir Spacedaily, Selasa (12/2/2013), penelitian ini penting untuk merencanakan proyek masa depan untuk mencari planet ekstrasolar. Namun tampaknya peneliti masih terkendala pada teknologi, karya penulis, serta kritik mengenai penelitian tersebut.
Salah satu poin pendorong untuk pencarian planet di luar sistem tata surya ialah bergantung pada apa yang peneliti telah temukan saat ini. Jumlah planet asing ini, yang biasa disebut "dunia baru" telah tumbuh secara cepat.
Hampir 700 objek diidentifikasi sebagai exoplanet di sekitar bintang. Lebih dari 2.000 kandidat, ditemukan melalui bantuan teleskop luar angkasa Kepler.
Posisi planet yang disebut "zona layak huni", menjadi kriteria seleksi. Zona tersebut merupakan wilayah luar angkasa di sekitar bintang, di mana planet dari massa Bumi dan komposisi serupa atmosfer (nitrogen, air, karbondioksida) bisa memunculkan zat cair di permukaannya.
Ilmuwan mengatakan, tidak ada zat cair di permukaan dari dua planet terdekat Bumi, yakni Venus dan Mars. Tidak hanya temperatur bintang, tetapi juga komposisi dan properti atmosfer mempengaruhi batasan zona layak huni.
Penelitian ini juga menggunakan data dari jarak antara Bumi dengan Matahari, yaitu 1,5 juta kilometer. Tim peneliti dari Pennsylvania State University, NASA, Washington University dan University of Bordeaux meragukan model penelitian sebelumnya di 1993.
Model sebelumnya meramalkan bahwa perbatasan zona layak huni internal dan eksternal dari Matahari, berada di antara 0,95 dan 1,67 unit astronomi. Peneliti saat ini ingin memperbarui ketidakakuratan ini, dengan menggunakan data penyerapan radiasi solar.
Dilansir Spacedaily, Selasa (12/2/2013), penelitian ini penting untuk merencanakan proyek masa depan untuk mencari planet ekstrasolar. Namun tampaknya peneliti masih terkendala pada teknologi, karya penulis, serta kritik mengenai penelitian tersebut.
Salah satu poin pendorong untuk pencarian planet di luar sistem tata surya ialah bergantung pada apa yang peneliti telah temukan saat ini. Jumlah planet asing ini, yang biasa disebut "dunia baru" telah tumbuh secara cepat.
Hampir 700 objek diidentifikasi sebagai exoplanet di sekitar bintang. Lebih dari 2.000 kandidat, ditemukan melalui bantuan teleskop luar angkasa Kepler.
Posisi planet yang disebut "zona layak huni", menjadi kriteria seleksi. Zona tersebut merupakan wilayah luar angkasa di sekitar bintang, di mana planet dari massa Bumi dan komposisi serupa atmosfer (nitrogen, air, karbondioksida) bisa memunculkan zat cair di permukaannya.
Ilmuwan mengatakan, tidak ada zat cair di permukaan dari dua planet terdekat Bumi, yakni Venus dan Mars. Tidak hanya temperatur bintang, tetapi juga komposisi dan properti atmosfer mempengaruhi batasan zona layak huni.
Penelitian ini juga menggunakan data dari jarak antara Bumi dengan Matahari, yaitu 1,5 juta kilometer. Tim peneliti dari Pennsylvania State University, NASA, Washington University dan University of Bordeaux meragukan model penelitian sebelumnya di 1993.
Model sebelumnya meramalkan bahwa perbatasan zona layak huni internal dan eksternal dari Matahari, berada di antara 0,95 dan 1,67 unit astronomi. Peneliti saat ini ingin memperbarui ketidakakuratan ini, dengan menggunakan data penyerapan radiasi solar.
Sumber:Okezone.com
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.