Observatorium Chandra Menemukan Emisi Sisa-sisa Supernova
Sisa supernova G1.9 +0.3 |
Astronesia-Para astronom akan melaporkan rincian tentang sisa supernova yang dikenal sebagai G1.9 +0.3 dalam Astrophysical Journal Letters edisi mendatang.
Seperti dilansir dari Redorbit,pada tahun 2008, sebuah tim ilmuwan menemukan sisa-sisa supernova diketahui telah terjadi di Bima Sakti, berjarak sekitar 28.000 tahun cahaya dari Bumi.Ledakan itu bisa terlihat dari Bumi lebih dari 100 tahun yang lalu.Pengamatan dengan NASA Chandra X-ray Observatory telah memungkinkan para ilmuwan untuk menemukan rincian baru tentang peristiwa ini.
Sumber G1.9 +0.3 kemungkinan besar sebuah bintang kerdil putih yang mengalami ledakan termonuklir dan hancur setelah bergabung dengan kerdil putih yang lainnya.Kelas supernovanya termasuk dalam tipe Ia,digunakan sebagai indikator jarak dalam kosmologi karena mereka begitu konsisten dalam kecerahan.
Ledakan itu melepaskan puing-puing bintang pada kecepatan tinggi, yang menciptakan sisa supernova yang terlihat hari ini oleh Chandra dan teleskop lainnya.Gambar baru dari teleskop Chandra menunjukkan energi sinar X lemah berwarna merah,energi menengah berwarna hijau dan energi tinggi berwarna biru.
Data Chandra menunjukkan bahwa sebagian besar emisi sinar-X adalah "radiasi sinkrotron," yang diproduksi oleh elektron berenergi tinggi kemudian dipercepat dalam gelombang ledakan supernova.Emisi ini memberikan informasi tentang asal-usul sinar kosmik, tapi tidak banyak informasi tentang supernova Tipe Ia.
Beberapa emisi sinar-X berasal dari unsur-unsur yang diproduksi di supernova, yang membantu memberikan petunjuk pada sifat ledakan.Kebanyakan sisa-sisa supernova tipe Ia berbentuk simetris dengan puing-puing merata ke segala arah.Namun, G1.9 +0.3 berbentuk asimetris yang berasal dari unsur-unsur seperti silikon, sulfur dan besi di bagian utara.
G1.9 +0.3 juga memiliki fitur besi yang jauh dari pusat dan bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi lebih dari 3,8 juta mil per jam.
Karena distribusi yang tidak merata dari sisa-sisa puing dan kecepatan ekstrim mereka, para peneliti percaya bahwa ledakan supernova asli memiliki sifat yang sangat tidak biasa.Mereka mengatakan ledakan itu sendiri pasti sangat tidak seragam dan berenergi luar biasa.
Tim mengatakan G1.9 +0.3 mengalami "ledakan tertunda" di mana ledakan terjadi dalam dua fase yang berbeda.Selama tahap pertama, reaksi nuklir terjadi pada muka gelombang yang perlahan berkembang, memproduksi elemen besi.Energi dari reaksi ini menyebabkan ledakan bintang meluas mengubah kerapatan dan memungkinkan ledakan kedepan jauh lebih cepat bergerak dari reaksi nuklir yang terjadi.
Data Chandra memungkinkan para ilmuwan untuk memiliki tampilan dekat dari G1.9 +0.3.Banyak perubahan ini didorong oleh peluruhan unsur radioaktif yang dikeluarkan selama ledakan.
Para ilmuwan menggunakan observatorium luar angkasa NASA Swift baru saja menemukan sisa-sisa dari ledakan supernova termuda di galaksi Bima Sakti.Tim percaya bintang yang mati tersebut berusia kurang dari 2.500 tahun yang menjadikannya salah satu dari 20 sisa-sisa supernova termuda yang pernah ditemukan.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.