Ilmuwan Pelajari Cara Makan Di Mars
Ilustrasi |
Astronesia-Ingin tahu bagaimana makan di Mars? Tim yang terdiri dari enam kru awak pesawat ruang angkasa, menghabiskan 120 hari di sebuah habitat khusus di Hawaii, yang diciptakan serupa di Mars. Mereka mempelajari cara makan para astronot jika berada di planet tersebut.
Misi ke Mars diperkirakan menghabiskan 400 sampai 450 hari, yang merupakan perjalanan terpanjang ke ruang angkasa. Pertanyaan muncul bagi astronot. Apa yang mereka makan di sana?
Pekan ini, jawaban akan pertanyaan itu mulai sedikit terjawab ketika kru Hawaii Space Exploration Analog and Simulation, melakukan proyek bernama HI-SEAS di Mauna Loa. Keenam kru memakan makanan yang kebanyakan terdiri dari makanan beku yang diproduksi oleh industri kecil.
Makanan semacam itu biasa dikonsumsi penganut Mormon yang menyimpan persediaan makanan hariannya sepanjang tahun. Selain pemeluk Mormon, makanan beku juga biasa dikonsumsi tim penanggulangan bencana dan para backpacker. Cara makan seperti itu mirip dengan yang dilakukan para ilmuwan ketika melakukan penelitian di Antartika.
Kru HI-SEAS melibatkan lima ilmuwan dan seorang jurnalis dalam proyek ini. Makanan yang tersedia, terbuat dari kacang-kacangan, biji-bijian, serta berbagai bumbu untuk mencapurkannya.
Mereka juga mengkonsumsi kecambah, yang sebenarnya dilarang oleh lembaga antariksa Amerika Serikat NASA, untuk dikonsumsi para astronot di ruang angkasa. Kecambah dilarang untuk mereduksi risiko bakteri listeria.
?Berkebun di ruang angkasa bukan merupakan prioritas, karena beratnya sistem hidroponik,? ujar ahli gizi dari Cornell University yang turut serta dalam proyek ini, Jean Hunter. Sehingga, menurut dia, sulit bagi astronot untuk menyediakan bahan baku sendiri.
Biaya yang dibutuhkan untuk mermbawa bahan tanaman, sekitar U$D 10 ribu hingga U$D 100 ribu atau Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar. "Berkebun juga memakan waktu lama bagi para astronot," kata Hunter. Paling-paling, dia menyebutkan, tanaman yang bisa ditanam oleh astronot terdiri dari selada dan bawang.
Menurut Hunter, yang paling memungkinkan untuk menumbuhkan tanaman di ruang angkasa yaitu menggunakan remote kontrol. Kru menanam tumbuhan menggunakan teknologi robot yang dilakukan sebelum kru mendarat di Mars. Sehingga ketika mereka tiba, bahan makanan dalam kondisi segar.
Kru HI-SEAS sebelumnya memiliki rencana untuk melakukan hal tersebut. Namun robot terlambat tiba, sehingga mereka tidak dapat melakukan eksperimen menanam tumbuhan di ruang angkasa.
"Makan dengan baik merupakan hal penting di ruang angkasa," ujar Hunter. Ia mengatakan, makan terlalu banyak bisa berbahaya bagi astronot, karena gravitasi rendah bisa melemahkan kepadatan otot dan tulang.
Kebutuhan nutrisi astronot mirip dengan yang dibutuhkan oleh orang di bumi., jumlah asupan per harinya mencapai 2.700 kalori. Bahkan astronot membutuhkan energi lebih besar untuk terus berada dalam posisi melayang.
Astronot umumnya meminta makanan dengan kandungan rendah serat. Sebab buang air besar dia angkasa sangatlah merepotkan.
Sedangkan kandungan kalsium harus cukup tinggi untuk menjaga kepadatan tulang. Namun jumlah kalsium tidak boleh terlalu tinggi karena bisa menyumbat sistem pembuangan urin.
Adapun zat besi dijaga dalam jumlah rendah karena terjadi perubahan pada sel darah merah di beberapa hari pertama misi ruang angkasa. Perubahan pada sel darah merah bisa mengakibatkan bahaya.
Sepanjang misi ke Mars yang berakhir pada November 2011, astronot mengeluhkan kacaunya pengadaan makanan. Misi bertajuk Mars 500 itu memakan waktu 520 hari. Peneliti yang ikut dalam misi itu mengatakan kepada media, mengenai berlebihannya konsumsi kentang.
Hunter menyatakan, misi ke Mars berikutnya tidak akan membawa banyak bahan makanan yang terbuat dari kentang. Selain kentang, daging ayam juga akan dikurangi.
"Saya tidak menyalahkan daging ayam, namun tiap kru memiliki selera makan yang berbeda," katanya. Dia menambahkan, daging ayam adalah salah satu makanan yang dibenci kru pesawat ruang angkasa.
Sumber : Tempo
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.