Menguak Misteri Lautan Badai di Bulan
Oceanus Procellarum |
Astronesia-Bulan memiliki bintik hitam besar yang dikenal sebagai Oceanus
Procellarum atau Lautan Badai. Menurut para ilmuwan, Bintik hitam
tersebut diperkirakan berasal dari benturan kosmik raksasa yang
menciptakan lautan magma seluas ribuan mil.
Dilansir dari Live Science, Selasa (30/10/2012), para ilmuwan menganalisa daerah bintik hitam di Bulan yang memiiliki luas lebih dari 3.000 kilometer untuk mengetahui asal-usulnya. Wilayah yang diperiksa ini berada di bagian Bulan yang dekat dengan Bumi.
Bagian Bulan yang paling dekat dengan Bumi atau selalu menghadap Bumi sangat berbeda dibandingkan bagian permukaan yang tidak menghadap Bumi. Perbedaan itu, misalnya, terdapat pada kandungan batu bernama Maria (bahasa latin untuk lautan) yang menutupi hampir dua per tiga bagian Bulan yang menghadap Bumi, sementara di bagian yang tergelapnya yang tidak menghadap Bumi hanya ada sedikit saja.
Para peneliti telah memiliki sejumlah penjelasan mengenai perbedaan
jarak antara bagian Bulan terdekat dan terjauh dari Bumi. Beberapa dari
penjelasan itu menunjukkan adanya tumbukan raksasa sebagai penyebabnya.
Kini, para peneliti di Jepang turut mengamini kemungkinan tersebut.
Mereka menganalisa komposisi permukaan Bulan menggunakan data dari
satelit pengorbit Bulan milik Jepang, Kaguya/Selene. Data ini
mengungkapkan adanya konsentrasi mineral pyroxene yang berkalsium
rendah, di sekitar Oceanus Procellarum dan kawah yang berasal dari
tumbukan besar seperti South Pole-Aitkenand Imbriumbasins.
Pimpinan peneliti Ryousuke Nakamura mengatakan, "Tumbukan ini bisa
menghasilkan lautan magma seluas 3.000 kilometer dengan kedalaman
ratusan meter."
Investigasi yang dilakukan mengatakan bahwa tumbukan yang terjadi
cukup besar untuk menciptakan Oceanus Procellarum dan tumbukan raksasa
lain yang membentuk cekungan dengan merusak lapisan permukaan Bulan.
Beberapa peneliti telah berspekulasi bahwa cekungan Procellarum
merupakan relik dari benturan raksasa. Walau bagaimanapun ide mengenai
hal ini tidak diperdebatkan. "Kemungkinan karena waktu pembentukkannya
terlalu tua, mungkin lebih dari 4 miliar tahun lalu," ujar Nakamura.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.