Timun Dan Kacang Merah Bisa Tumbuh Di Luar Angkasa
Dua tumbuhan yang biasa
tumbuh di bumi, yaitu kacang merah dan biji timun, rupanya bisa tumbuh
di ruang angkasa. Peneliti dari Jepang, yakni Japan Aerospace
Exploration Agency (JAXA), berhasil membuktikannya dengan menanam dua
jenis tanaman tersebut di International Space Station (ISS), sebuah
laboratorium stasiun ruang angkasa internasional.
"Namun terdapat perbedaan cara tumbuh dari tanaman tersebut akibat gaya gravitasi yang berbeda. Tanaman tersebut tumbuhan ke arah yang berlainan, tidak seragam ke atas seperti di bumi," kata Muneo takaoki, peneliti JAXA, di hadapan ratusan siswa perwakilan SD, SLTP, dan SLTA di Festival Sains Antariksa 2012, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di Bandung, Sabtu, 20 Oktober 2012.
Menurut Muneo Takaoki, peran teori Zero Gravity sangat berpengaruh dalam keberhasilan penelitian ini. Sederhananya, Zero Gravity adalah sebuah posisi saat sebuah benda jatuh. Ketika sebuah benda jatuh, maka ia berada dalam kondisi zero gravity. "Dengan penelitian ini, tim peneliti ingin membuktikan bahwa makhluk bumi juga bisa hidup dan mengalami pertumbuhan di ruang angkasa," katanya.
Johan Muhammad, peneliti bidang matahari dan antariksa LAPAN yang bertugas sebagai penerjemah Muneo Takaoki, menambahkan, tim peneliti Jepang, dalam penelitian tersebut, ingin mengetahui karakteristik pertumbuhan tanaman saat tidak ada gravitasi. "Hal itu dilakukan agar dapat ditemukan potensi pengembangan keanekaragaman hayati," ujarnya.
Thomas Djamaludin selaku Deputi bidang Sains LAPAN mengatakan, penelitian ini berkaitan dengan biologi antariksa. Perbedaan arah tumbuh tanaman di bumi dengan di ruang angkasa merupakan hal yang wajar. Ini disebabkan kondisi dan lingkungan yang tidak sama. Ia berharap, peneliti Indonesia bisa memulai penelitian serupa, dimulai dengan tahap edukasi. "Ini bertujuan agar kita bisa mempelajari bagaimana dampak lingkungan antariksa terhadap bumi." katanya.
"Namun terdapat perbedaan cara tumbuh dari tanaman tersebut akibat gaya gravitasi yang berbeda. Tanaman tersebut tumbuhan ke arah yang berlainan, tidak seragam ke atas seperti di bumi," kata Muneo takaoki, peneliti JAXA, di hadapan ratusan siswa perwakilan SD, SLTP, dan SLTA di Festival Sains Antariksa 2012, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di Bandung, Sabtu, 20 Oktober 2012.
Menurut Muneo Takaoki, peran teori Zero Gravity sangat berpengaruh dalam keberhasilan penelitian ini. Sederhananya, Zero Gravity adalah sebuah posisi saat sebuah benda jatuh. Ketika sebuah benda jatuh, maka ia berada dalam kondisi zero gravity. "Dengan penelitian ini, tim peneliti ingin membuktikan bahwa makhluk bumi juga bisa hidup dan mengalami pertumbuhan di ruang angkasa," katanya.
Johan Muhammad, peneliti bidang matahari dan antariksa LAPAN yang bertugas sebagai penerjemah Muneo Takaoki, menambahkan, tim peneliti Jepang, dalam penelitian tersebut, ingin mengetahui karakteristik pertumbuhan tanaman saat tidak ada gravitasi. "Hal itu dilakukan agar dapat ditemukan potensi pengembangan keanekaragaman hayati," ujarnya.
Thomas Djamaludin selaku Deputi bidang Sains LAPAN mengatakan, penelitian ini berkaitan dengan biologi antariksa. Perbedaan arah tumbuh tanaman di bumi dengan di ruang angkasa merupakan hal yang wajar. Ini disebabkan kondisi dan lingkungan yang tidak sama. Ia berharap, peneliti Indonesia bisa memulai penelitian serupa, dimulai dengan tahap edukasi. "Ini bertujuan agar kita bisa mempelajari bagaimana dampak lingkungan antariksa terhadap bumi." katanya.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.