Wahana NASA Temukan Tujuh Partikel Yang Berasal Saat Tata Surya Baru Terbentuk

http://astronesia.blogspot.com/
Partikel debu antar bintang yang disebut Orion (kanan atas) ditangkap oleh pengumpul seperti raket tenis yang dipasang pada wahana Stardust saat mendekati Komet Wild 2. Komposisi partikel yang dipetakan ditunjukkan dengan warna merah (aluminium),hijau (besi) dan biru (magnesium).

AstroNesia ~ Setelah pencarian yang sangat panjang,Tim peneliti NASA berhasil membawa tujuh partikel debu antar bintang kembali ke bumi. Paket itu di bawa oleh pesawat ruang angkasa Stardust.Penemuan itu dilaporkan minggu ini di Lunar and Planetary Science Conference.Debu antar-bintang itu berbobot hanya beberapa sepertriliun gram.

Menariknya, partikel itu merupakan partikel purba pertama kali yang ditemukan dan tak berubah, meski muncul sebelum tata surya.  Melansir Geek, Selasa 25 Maret 2014, pesawat Stardust telah diluncurkan ke antariksa pada 1999 untuk misi melacak ekor berdebu komet Wild 2.

Misi selesai pada 2004, sebelum dua tahun kemudian kembali ke Bumi dengan membawa sampel debu.  Peneliti disebutkan tertarik dengan sampel debu komet, mengingat keyakinan material dari komet Wild 2 akan menjadi penyimpanan debu antar-bintang yang tak ternoda oleh panas Matahari. 

Namun ternyata, mineral dalam debu komet yang dikumpulkan Stardust tak begitu murni. Material itu telah dipanaskan, meleleh dan benar-benar berubah di suatu tempat di dekat Matahari yang baru lahir, sebelum akhirnya dibawa ke luar tata surya dan dimasukkan ke komet di zona jauh melebihi planet terluar. 

Untungnya, pesawat Stardust memiliki misi kedua mencegat Wild 2. Jadi, antara 2000 dan 2002, panel Stardust mengumpulkan debu ke antariksa bagian dalam serta menunggu partikel itu untuk mengalir ke dalam tata surya. 

Panel Stardust ditutupi lapisan tipis aerogel dan bahan berbasis silika yang 99,8 persen merupakan ruang kosong. Desain panel itu dimaksudkan memperlambat dan mempertahankan partikel debu tanpa menguapkan mereka. 

Sistem ini dirancang untuk memperlambat dan menangkap partikel antar-bintang tanpa membakar partikel.  Cara ini memang hanya upaya terbaik, sebab partikel antar-bintang itu berukuran seperseribu massa debu komet dan bisa melayang dengan kecepatan 15 ribu km per jam. 

Peneliti membutuhkan waktu beberapa tahun mendalami debu pada aerogel untuk membuktikan debu antar-bintang. Tapi, akhirnya, peneliti merampungkan analisisnya setelah mendapat bantuan lebih dari 30 ribu sukarelawan.  "Kami benar-benar tak tahu bagaimana lagi menemukan partikel tertanam," ujar Andrew Westphal, anggota tim Stardust dari Universitas California. 

Jumlah sukarelawan itu dilibatkan dalam mengamati seratus juta pencarian gambar mikroskopik pada panel, dan kemudian berhasil mengidentifikasi 7 debu berdampak. 

Dari analisis ini, tim menemukan dua sampel partikel, dinamai Orion, yang berbobot masing-masing tiga sepertriliun gram, atau 100 miliar di antara sebutir gula, melaju ke aerogel dengan kecepatan kurang dari 18 ribu kilometer per jam. 

Satu lagi partikel datang dan melaju dengan cepat tanpa meninggalkan jejak. Sementara itu, empat partikel meledak dalam aluminium foil tipis di sekitar aerogel.  "Ini adalah prestasi yang sangat besar yang dimiliki tim Stardust saat ini," ujar Scott Messeger, ahli kosmologi kimia pada Johnson Space Center NASA di Houston Texas, yang di luar tim Stardust. 

Guna memastikan butir partikel itu benar-benar partikel antar-bintang, peneliti harus memindahkan bintik kecil debu dari dalam aerogel menjadi instrumen untuk analisis lebih lanjut.

Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi

Blog ini adalah sajian berita Sains dan Teknologi yang kami kutip dari berbagai Sumber, jika anda menyukai dan mau dapatkan Update berita terbaru, harap ikuti blog ini dengan memasukan Email anda atau mengikuti Twitter/Facebook, dengan begitu anda secara otomatis akan mendapatkan Update Berita terbaru disini.


Share This Article Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Recommendation News close button
Back to top

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.

Thanks For Your Comment Here
Powered by Blogger.