Kita Terlambat Beberapa Abad Melihat Tampilan Spektakuler Hujan Meteor Camelopardalids
Citra Camelopardalid pada 24 Mei 2014 |
AstroNesia ~ Lemahnya tampilan Hujan Meteor Camelopardalids bulan lalu yag dihasilkan oleh Komet209P/LINEAR membuat kecewa para pencinta langit. Namun saat ini,hujan meteor ini membuat para ilmuwan bersemangat lagi. Analisis pengamatan berbasis udara dan tanah yang diterbitkan dalam Journal of International Meteor Organization menemukan bahwa debu komet ini sangat rapuh dan jatuh pecah menjadi meteor berukuran kecil yang sebagian besar tidak terlihat. Baca : Hujan Meteor Camelopardalid Mengecewakan Atau Hanya Tertunda?
Pada malam itu, tim peneliti Peter Jenniskens, seorang astronom meteor dengan SETI Institute.mengamati langit dalam pesawat Beechcraft King Air 90, penerbangan ini disponsori oleh SETI Institute, dan dalam dua jam mendeteksi 21 Camelopardalids, terutama melihat meteor samar.
"Meteor terbaik yang kami lihat tidak lebih terang dari bintang Vega", kata Jenniskens, "tapi itu memberi kami petunjuk mengenai mengapa ada beberapa meteor yang cerah: Camelopardalids sangat rapuh sehingga Meteoroidnya tiba-tiba tersebar ke dalam awan debu pada akhir lintasan. "
Perilaku serupa juga terlihat saat terjadinya hujan meteor Draconid tahun 1933 dan 1946 yang terjadi akibat komet 21P / Giacobinni-Zinner. Komet itu hiper-aktif, dan Jenniskens menduga butir debu yang dikeluarkan masih berupa es. Butir yang lebih besar akanhancur ketika butir menghangat dan es itu hilang.
Komet 209P / Linear adalah sebuah komet yang kurang aktif dan tidak mengeluarkan debu yang sarat es.
"Kami belum yakin apa yang menghancurkan meteoroid yang lebih besar dalam kasus ini," kata Jenniskens. "Meteoroid ini mungkin hanya terlalu lemah untuk bertahan hidup ketika di lontarkan dari komet atau meteoroid besar bisa saja hilang dalam bertahun-tahun sejak mereka keluarkan dari Komet."
Satu penjelasan tentang kurangnya meteoroid besar adalah mereka gagal bertahan hidup dengan kondisi antariksa yang keras. Debu komet yang dihadapi oleh bumi pada bulan Mei itu telah berusia lebih dari satu abad usianya.
"Kita mungkin hanya terlambat beberapa abad melihat fenomena yang menakjubkan dari hujan meteor ini",kata Jenniskens. "Hujan meteor yang kita lihat ini hanya memori samar apa yang dulu ada di sana."
Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.