Kisah Akhir Dari Segalanya (Bagian 3)
AstroNesia ~ Berikut ini adalah sebuah artikel menarik yang dilansir dari situs universetoday.com yang bercerita tentang akhir dari segalanya. Seperti apa ceritanya? Yuk kita bacaDapat dikatakan bahwa manusia memiliki sedikit pandangan tentang akhir dari alam semesta kita. Mari kita benar-benar berpikir dan mencoba bayangkan apa yanh terjadi di masa depan, apa yang akan terjadi jutaan, triliunan, dan bahkan 10100 tahun ke depan. Mari kita pertimbangkan akhir dari segalanya.
Baca sebelumnya disini :
- Kisah Akhir Dari Segalanya (Bagian 1)
- Kisah Akhir Dari Segalanya (Bagian 2)
Akhir Dari Materi Biasa (1030 Tahun Dari Sekarang)
Ilustrasi lubang hitam yang mengisap matari |
Maka kini kita memiliki alam semesta tanpa bintang, hanya kerdil hitam yang dingin. Ada juga yang akan menjadi bintang neutron dan lubang hitam yang tersisa dari waktu di mana ada bintang di alam semesta. Semesta akan benar-benar gelap.
Seorang pengamat masa depan mungkin dapat melihat kilatan sesekali, ketika beberapa objek berinteraksi dengan lubang hitam. Materi yang masuk ke disk akresi di sekitar lubang hitam. Hal tersebut akan bercahaya, memancarkan radiasi dalam waktu singkat. Materi yang masuk ke lubang hitam tersebut akan menambah massa lubag hitam. Dan semuanya akan kembali gelap lagi.
Potongan materi dan kerdil hitam biner akan bergabung bersama menciptakan lubang hitam baru dan lubang hitam ni akan dikonsumsi oleh lubang hitam yang lebih besar. Mungkin jauh di masa depan, semua materi akan berada di beberapa lubang hitam besar.
Tapi jika ada materi yang lolos dari lubang hitam, materi itu tetap akan hancur. Beberapa teori fisika memprediksi bahwa proton tidak stabil selama jangka waktu yang lama. Mereka tidak bisa bertahan. Setiap materi yang tidak dikonsumsi oleh lubang hitam akan mulai membusuk. Proton akan berubah menjadi radiasi, meninggalkan kabut halus elektron, positron, neutrino dan radiasinya menyebar ke luar angkasa.
Teoretisi memprediksikan bahwa semua proton di alam semesta akan membusuk 1030 tahun dari sekarang.
Akhir Dari Lubang Hitam (10100 Tahun Dari Sekarang)
Ilustrasi |
Lubang hitam dianggap seperti perjalanan satu arah. Materi masuk tapi tidak bisa keluar. Tapi astrofisikawan terkenal Stephen Hawking merubah konsep ini dengan teorinya bahwa lubang hitam dapat menguap. Ia menguap tidak banyak, dan tidak cepat, tapi lubang hitam melepaskan sejumlah kecil radiasi kembali ke angkasa.
Karena mengeluarkan radiasi itu, lubang hitam benar-benar kehilangan massa, akhirnya menguap. Jumlah radiasi meningkat saat lubang hitam kehilangan massa. Pengamat masa depan (jika ada) mungkin dapat melihat kilatan ini sesekali jika alam semesta tidak gelap.
Dan kemudian dalam waktu sekitar 10100 tahun, lubang hitam terakhir akan hilang. Semua yang tersisa hanyalah radiasi yang dipancarkan.
Akhir Dari Segalanya (10100 Tahun Dari Sekarang Dan Seterusnya)
Ilustrasi alam semesta yang gelap dan kosong |
Ketika lubang hitam terakhir menguap, semua yang tetap berada di alam semesta adalah radiasi foton dan partikel elementer yang lolos dari lubang hitam. Suhu seluruh alam semesta akan mencapai suhu akhir tepat di atas nol mutlak.
Energi gelap mungkin memainkan beberapa peran di masa depan, melanjutkan perluasan alam semesta, mempercepat masing-masing partikel dasar dan foton sampai mereka secara efektif terputus dari satu sama lain. Tidak ada gravitasi di masa depan yang akan membuat mereka bersatu lagi.
Mungkin suatu hari nanti akan ada lagi fenomena Bigbang. Mungkin alam semesta memiliki siklus dan seluruh proses akan dimulai lagi. tapi entahlah... hanya Allah SWT yang tahu.
Jika tidak, alam semesta dingin dan suram menanti kita di masa depan.
Walaupun ending artikel ini tidak menyenangkan, tapi ini membantu kita untuk membayangkan sekilas pandangan di masa depan alam semesta kita dan juga membantu kita untuk menghargai hidup kita yang singkat ini.
Baca sebelumnya disini:
- Kisah Akhir Dari Segalanya (Bagian 1)
- Kisah Akhir Dari Segalanya (Bagian 2)
Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
3 komentar
Tambah komentarSaat itu smua terjadi, kita sudah mati. Jadi buat kita ngak ada pengaruhnya.
Ada satu hal yg begitu sulit saya pahami. Awal dari semesta ini dikatakan bermula dari big bang. Big bang lah tonggak pertama dari keberadaan. Big bang muncul dari ketiadaan absolud. Big bang adalah "awal" dari perjalanan ruang waktu. Disinilah letak problemnya: Bagaimana memahami suatu peristiwa itu "terjadi" dlm ruang waktu sementara ruang waktunya sendiri "belum" terbentuk. Bahkan kata "awal", "terjadi", "belum" itu sendiri sulit di pahami karna semua ungkapan itu hanya punya makna jika ruang waktu itu sendiri sdh ada. Jika kita sepakat Big bang itu "pernah terjadi" pd suatu masa maka kita harus jg sepakat ada suatu masa dimana big bang ini "belum terjadi". Tapi bagaimana kita bisa lancang menetapkan suatu periode waktu tertentu padahal sejatinya sang waktu itu sendiri belum ada? Pertanyaan ini sangatlah absurd: menanyakan waktu disaat belum ada waktu. Ungkapan "belum ada waktu" sejatinya adalah ungkapan contradictio in terminis. Mohon pencerahan.
Suatu tulisan yang sangat bermanfaat dan bersifat Argumentatif...dan dari Argumen kosmologis jika kita mau jujur merunutkan,maka seluruhnya akan meruncing pada sebuah pertanyaan, Siapakah Tangan Agung yang telah menetapkan setiap hukum dari semua keteraturan ini ?? ini berpijak pada anggapan bahwa jagad raya yang ada dengan keteraturannya yang sempurna ini pasti ada suatu sumber Hukum yang telah menetapkannya. Rumitnya sebuah benda seperti alat elektronik (tehnologi), tidak mungkin ada tanpa ada yang menciptakannya. Menurut argumentasi ini bahwa segala sesuatu terjadi pasti ada penyebabnya. Sejujurnya secara umum pengetahuan awal manusia adalah mengenai kosmos yang dapat dilihat dan diraba walaupun tidak sempurna (the initial knowledge of cosmic reality), kemudian mulai memperkarakan siapa "Sang Arsitek Agung"di balik semua ini. Tidak ada akibat tanpa penyebab !!
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.