NASA Siapkan Kamera Canggih untuk Mempelajari Matahari
Astronesia-Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, mengumumkan misi luar angkasa
berikutnya, Small Explorer (SMEX) yang akan meneliti atmosfer Matahari.
Untuk mendukung suksesnya misi tersebut, NASA menyiapkan Interface
Region Imaging Spectrograph (IRIS).
IRIS yang dijadwalkan meluncur di April 2013 ini akan dapat menangkap gambar beresolusi tinggi. Selain kecanggihan dalam kamera, perangkat juga memiliki sistem komputer mutakhir untuk mengungkap material luar angkasa, cahaya dan energi yang bergerak dari Matahari.
Permukaan Matahari memiliki suhu 6.000 Kelvin (10.240 Fahrenheit atau 5.727 Celcius) hingga atmosfer luar (Corona) Matahari yang bersuhu 1 juta Kelvin (1,8 juta Fahrenheit atau 999.700 Celcius).
Gerakan energi mampu memanaskan atmosfer Matahari ke temperatur tinggi, yang membuatnya menjadi lebih panas ketimbang permukaannya. Energi ini juga mampu memicu hadirnya jilatan api matahari dan coronal mass ejections (CME).
"Ini adalah pertama kalinya kami akan langsung mengamati wilayah (Matahari) sejak 1970," kata Joe Davila, IRIS Project Scientist di Goddard Space Flight Center NASA, seperti dikutip Spacedaily, Senin (21/1/2013). Ia mengatakan, pihaknya sangat gembira untuk membawa observasi baru ini dan mengungkap bagaimana corona ini bisa memiliki suhu yang sangat panas.
Misi ini akan melibatkan instrumen tunggal, yakni sebuah teleskop ultraviolet yang dikombinasikan dengan spektrograf pencitraan yang membantu memfokuskan pada kromosfer dan wilayah transisi. Teleskop akan melihat sekira satu persen dari Matahari di waktu tertentu.
Selain itu, teleskop juga akan menunjukkan gambar yang menampilkan fitur pada Matahari. Instrumen juga akan menangkap setiap gambar baru setiap lima sampai 10 detik dan spektrum setiap satu atau dua detik.
IRIS yang dijadwalkan meluncur di April 2013 ini akan dapat menangkap gambar beresolusi tinggi. Selain kecanggihan dalam kamera, perangkat juga memiliki sistem komputer mutakhir untuk mengungkap material luar angkasa, cahaya dan energi yang bergerak dari Matahari.
Permukaan Matahari memiliki suhu 6.000 Kelvin (10.240 Fahrenheit atau 5.727 Celcius) hingga atmosfer luar (Corona) Matahari yang bersuhu 1 juta Kelvin (1,8 juta Fahrenheit atau 999.700 Celcius).
Gerakan energi mampu memanaskan atmosfer Matahari ke temperatur tinggi, yang membuatnya menjadi lebih panas ketimbang permukaannya. Energi ini juga mampu memicu hadirnya jilatan api matahari dan coronal mass ejections (CME).
"Ini adalah pertama kalinya kami akan langsung mengamati wilayah (Matahari) sejak 1970," kata Joe Davila, IRIS Project Scientist di Goddard Space Flight Center NASA, seperti dikutip Spacedaily, Senin (21/1/2013). Ia mengatakan, pihaknya sangat gembira untuk membawa observasi baru ini dan mengungkap bagaimana corona ini bisa memiliki suhu yang sangat panas.
Misi ini akan melibatkan instrumen tunggal, yakni sebuah teleskop ultraviolet yang dikombinasikan dengan spektrograf pencitraan yang membantu memfokuskan pada kromosfer dan wilayah transisi. Teleskop akan melihat sekira satu persen dari Matahari di waktu tertentu.
Selain itu, teleskop juga akan menunjukkan gambar yang menampilkan fitur pada Matahari. Instrumen juga akan menangkap setiap gambar baru setiap lima sampai 10 detik dan spektrum setiap satu atau dua detik.
Sumber: Okezone.com
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi Astronesia. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.